Perkembangan sejarah ekonomi islam tidak dapat dilepaskan dari dua pusat peradaban besar, yaitu Madinah pada masa awal Islam dan Turki Utsmani pada periode kekhalifahan. Keduanya memiliki karakter ekonomi yang berbeda, tetapi saling berkaitan dalam membentuk sistem ekonomi Islam yang berkeadilan, beretika, dan berorientasi pada kesejahteraan umat. Dengan menelusuri perjalanan ekonomi di dua era ini, kita dapat memahami bagaimana prinsip Islam diterapkan secara fleksibel sesuai zaman dan kondisi sosial.
Baca juga : Kronologi Lengkap Hubungan Turki dan Madinah Selama 1.400 Tahun

Mata Uang jaman dulu
Pengenalan sejarah ekonomi islam bermula ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Kota ini awalnya memiliki struktur ekonomi yang sederhana, didominasi oleh pertanian, perdagangan lokal, dan aktivitas pasar tradisional. Nabi Muhammad tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai pengatur ekonomi yang menanamkan prinsip keadilan, kejujuran, dan transparansi.
Pasar Madinah dibangun sebagai pasar bebas dari praktik riba, monopoli, dan penipuan. Prinsip keadilan sosial diterapkan melalui kewajiban zakat, infak, dan sedekah. Dengan sistem ini, ekonomi Madinah tumbuh secara sehat meskipun dalam keterbatasan sumber daya. Inilah fondasi awal sejarah ekonomi islam yang kemudian berkembang di wilayah lain.
Baca juga : Kronologi Lengkap Hubungan Turki dan Madinah Selama 1.400 Tahun
Pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, ekonomi Madinah berorientasi pada pemerataan. Kepemilikan pribadi diakui, namun tidak boleh merugikan masyarakat luas. Sistem baitul mal menjadi pusat pengelolaan keuangan negara, memastikan distribusi kekayaan berjalan adil. Model ini menjadi rujukan utama dalam sejarah ekonomi islam di peradaban turki madinah pada masa-masa berikutnya.
Ekonomi Madinah juga mengajarkan etika bisnis Islam, seperti larangan riba, gharar, dan penimbunan barang. Prinsip ini menjadi ciri khas yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya.
Baca juga : Pembangunan Hejaz Railway yang Menghubungkan Turki dan Madinah
Memasuki era kekhalifahan, terutama pada sejarah ekonomi islam di jaman madinah Ustmani, sistem ekonomi Islam mengalami transformasi besar. Wilayah kekuasaan yang luas menuntut pengelolaan ekonomi yang lebih kompleks. Turki Utsmani mengembangkan sistem pajak yang terstruktur, perdagangan lintas benua, serta pengelolaan wakaf secara masif.
Wakaf menjadi tulang punggung ekonomi sosial. Rumah sakit, sekolah, jalan, hingga dapur umum dibiayai oleh wakaf. Ini menunjukkan bahwa sejarah ekonomi islam di peradaban turki madinah tidak hanya fokus pada kekayaan negara, tetapi juga kesejahteraan masyarakat.
Baca juga : Piagam Madinah: Warisan Politik Nabi Muhammad SAW untuk Dunia
Peran sejarah ekonomi islam instanbul sangat signifikan karena kota ini menjadi pusat perdagangan dunia antara Timur dan Barat. Jalur sutra, pelabuhan, dan pasar internasional berkembang pesat. Negara mengatur perdagangan tanpa menghilangkan prinsip Islam, sehingga ekonomi tumbuh stabil dan berkelanjutan.
Berbeda dengan Madinah yang berskala lokal, Istanbul mencerminkan ekonomi Islam dalam skala global. Namun, nilai-nilai dasar seperti keadilan, larangan eksploitasi, dan kepedulian sosial tetap dipertahankan.
Baca juga : Penjaga Kubah Hijau: Sejarah Pelayanan Turki untuk Masjid Nabawi
Jika Madinah awal menekankan kesederhanaan dan solidaritas, Turki Utsmani menonjolkan sistem administrasi ekonomi yang maju. Meski berbeda konteks, keduanya memiliki benang merah yang sama dalam sejarah ekonomi islam, yaitu menjadikan moral dan agama sebagai fondasi ekonomi.
Madinah berfungsi sebagai laboratorium awal ekonomi Islam, sementara Turki Utsmani menjadi bukti bahwa sistem tersebut dapat berkembang dalam skala besar dan kompleks tanpa kehilangan nilai dasarnya.
Baca juga : Mengagumi Sejarah dan Keunikan Masjid Biru Turki

Bangsa Persia pada jaman kekhalifahan
Pelajaran dari Madinah dan Turki Utsmani masih relevan hingga kini. Konsep zakat, wakaf, dan etika bisnis Islam terus diadaptasi dalam ekonomi modern. Memahami sejarah ekonomi islam dari dua peradaban ini membantu kita melihat bahwa ekonomi Islam bukan sekadar teori, tetapi sistem nyata yang pernah membawa kemakmuran dan keadilan sosial.
Dengan meneladani prinsip ekonomi Madinah dan inovasi Turki Utsmani, ekonomi Islam modern memiliki peluang besar untuk menjadi solusi atas ketimpangan ekonomi global saat ini.